RSS

Maaf, aku sedang jenuh

Sabtu malam 20.05. seperti biasa aku udah stay di deket ponsel LG GW300 kesayangan ku nungguin ID caller someone out there muncul di layar ponsel LG ku itu. Yah, bener aja beberapa detik kemudian ponselku bunyi dan tentu aja nama dia yang muncul di layarnya. Tapi, ada yang beda. Aneh, nggak biasanya kayak gini. Nggak ada tawa, rasa deg-degan yang biasanya langsung menguar dan menjadi satu menciptakan euforia tersendiri waktu menerima pesan dari dia. Hambar, datar, dan terkesan monoton. Itu yang aku rasakan. Mungkin ini memang waktunya aku untuk mengalami masa-masa seperti ini. Maaf untuk dia yang tanpa alasan jelas sudah aku buat kesal. Terima kasih atas pengertiannya. Aku hanya sedang jenuh sekarang :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

(Just Mystory) Sweet Birthday

Title     : Sweet Birthday
Genre : Romance
Rating  : PG – 13
Cast     :Shin Ah Rin
             Song Joong Ki
             Shin Joo Yeon (Ah Rin Umma),Kim Seohyun, Jung Yoona (cameo)


***

Author POV

Gadis berambut hitam sebahu itu menggeliat pelan dibalik selimut tebalnya. Kelopak matanya membuka perlahan memperlihatkan kedua bola matanya yang indah kecokelatan. Ia kemudian duduk di tepi ranjang terdiam, mencoba mengembalikan seluruh kesadarannya. “Aigo, jam berapa ini?” tanyanya masih dalam keadaan setengah mengantuk, diraihnya ponsel yang tergeletak di atas meja itu. “Eh,1 pesan masuk? Dari Seohyun?” ucapnya. Segera saja ia membuka pesan singkat itu.

From : Seohyunnie
Saengil Chukahae Ah Rin :D

Chukahae? Gadis itu segera menoleh kearah kalender yang tergantung di dinding. Hari itu tepat tanggal 13 Juli. Ia menepuk dahinya pelan “Kyaaaa..bagaimana mungkin aku bisa lupa kalau hari ini ulang tahunku” teriaknya \(!!˚˚)/ \(˚˚!!)/. Gadis itu segera melompat turun dari kasur dan keluar dari kamarnya. Suara langkah kakinya terdengar ribut saat menuruni anak-anak tangga.


###
Ah Rin POV

Aku tertawa sambil mengamati timeline twitterku yang kini telah terisi ucapan-ucapan selamat ulang tahun, entah apa yang ku tertawakan dari deretan tulisan-tulisan itu (). Yang jelas saat aku melihatnya tiba-tiba saja aku sudah dalam keadaan tertawa. Hmm..aku tak menyangka banyak juga yang mengucapkan selamat ulang tahun padaku (ʃƪ˘˘)(˘˘ʃƪ). 
‘dddddrttt..ddddrtt...dddddrtt..’ tiba-tiba saja ponselku bergetar. Woa, ada pesan masuk. Segera saja aku membuka semua pesan singkat itu. Aku semakin tertawa melihat semua isi pesan itu. Ada rasa senang, bahagia dan terharu yang menyeruak saat membacanya. Ulang tahun kali ini terasa begitu menyenangkan.   
            “Ah Rin” lamunanku buyar saat mendengar panggilan umma. Aku segera menutup laptopku dan berjalan kearah umma yang sedang ada di dapur. “Iya umma ada ap-, woaaa~” Aku hampir terpeleset saat melangkahkan kaki ke dapur . “Ige, mwoya(apa-apaan ini)?” teriakku \(!!˚˚)/ \(˚˚!!)/. Umma hanya terkekeh geli melihat ekspresiku. “Umma, kenapa dapur kita hancur begini? Aigo..” aku menatap miris melihat kondisi dapur rumahku sekarang. Apa yang diperbuat umma sampai dapur rumah jadi begitu menyedihkan seperti ini? Щ(ºДºщ)
“Mian, Ah Rin-ah, tadinya umma ingin membuat kue ulang tahun untukmu. Tapi, malah jadi hancur berantakan seperti ini” jawabnya, raut mukanya memelas.
Aku menghela napas saat mendengar jawabannya itu. Bagaimana tidak, ummaku ini paling buruk sekali kalau soal membuat kue. Sudah berapa kali dia mencoba membuatnya dan hasilnya selalu sama, blackforest ==> Gosong (_”)
“Umma, kenapa tidak memesan kue saja sih?. Umma tahu kan keahlian umma dalam membuat kue itu masih sangat diragukan” tanyaku.
‘PLETAKK’ sebuah jitakan mendarat manis di kepalaku.
“Aww,appo” ringisku sambil memegangi kepalaku. “Siapa suruh kau mengejek umma mu seperti itu” ucapnya sambil menatapku dengan death glare-nya.
‘Aish’ aku mendesis pelan. 
“hhhh~ apa boleh buat. Yasudah kita pesan kue saja kalau begitu” ucapnya tiba-tiba berubah riang.
“Bagaimana Rin-ah, kau setuju?” tanyanya meminta persetujuanku. Aku hanya menjawab dengan anggukan kepala.     
Aku menatapnya takjub, terkadang aku berpikir apa dia itu benar-benar umma ku? Sikap dan perilakunya sangat berbeda jauh denganku yang lebih terkesan diam, cuek dan yah mudah emosi. Umma ku itu lebih seperti teman bagi ku, sifat kekanak-kanakannya terkadang muncul saat kami berdua bersama. Wajar sih mengingat usianya denganku hanya terpaut 19 tahun dan lagi sekarang kami hanya tinggal berdua. Adik ku sekarang tinggal di Jepang bersama paman dan bibi ku. Sementara ayahku, ia sudah meninggal setahun yang lalu. Aigo.. kenapa mataku jadi panas begini. Tidak, tidak, jangan sekarang. Aku berusaha keras menahan cairan hangat yang kini telah mengumpul di pelupuk mataku. Umma menepuk bahuku “Rin-ah gwaenchana(kau baik2 saja)?”. Aku menyeka titik-titik air mata yang telah lolos dari pelupuk mataku “Gwaenchanayo, hehe” aku mencoba tertawa meskipun terlihat dipaksakan. Seperti bisa menerawang ia menepuk puncak kepalaku dan mengusap helaian rambutku “Kau pasti teringat appamu kan?” tanyanya. Aku menunduk. Ulang tahunku yang ke-16 ini memang ulang tahun pertamaku tanpa kehadiran appa. Aku cepat-cepat menyeka kembali air mata yang mengalir di pipiku. Tidak seharusnya aku seperti ini. Bukan aku saja yang sedih atas kematian appa, tapi umma lah yang paling sedih karena kejadian itu. 

Aku mencoba mengalihkan pembicaraan. Hari ini tidak boleh ada kesedihan, ya aku harus semangat.
“Umma, kapan kau akan memesan kuenya?” tanyaku.
“Hmm,mungkin setelah umma selesai membereskan seluruh kekacauan di dapur kita ini” jawabnya.
“Oh,baiklah”.
“Eh? Rin-ah, kau belum mandi ya?” tiba-tiba umma menutup hidungnya. “Kenapa bau sekali sih” ucapnya.
“He? Iya sih. Tapi, apa sebau itu ya?” tanyaku. aku mengendus bajuku, hm..wangi kok ~(‾‾)~ .
“Lalu ini bau apa?” tanya umma. Tunggu, sepertinya aku hafal bau ini, ini seperti bau sesuatu yang terbakar. Aku cepat menoleh ke suatu benda di sudut meja dapur.
“Umma!!!! Sudah ku bilang jangan membuat kue lagi ψ(A´)ψ “ teriakku.
“Kyaaa,Rin-ah bagaimana ini?” ia menjerit histeris sambil ribut mengutak-atik oven kesayangannya itu. 
###
Aku baru saja selesai mandi dan berganti pakaian. Kulirik jam dinding kuning berbentuk winnie the pooh itu yang kini telah menunjukan pukul 07.30. Masih tersisa 30 menit lagi sebelum jam 08.00.
‘ddddrrt..dddrt..dddddrrt’ ponselku kembali bergetar, aku langsung meraihnya dan yah..ternyata dari Yoona.

From : Yoona
Hoy, Rin-ah kau dimana, cepat ke sekolah! Banyak sekali yang harus kita bereskan hari ini \(˘o˘)ʃ

Aku melempar ponselku ke kasur. Bodoh sekali kalau tadi aku berpikir pesan itu dari namja(laki2) sok sibuk itu. Tapi, apa dia tidak ingat hari ini ulang tahunku? (┌','┐)  Hhhh~ sudahlah tak ada gunanya ku pikirkan. 
Aku memutuskan untuk turun ke bawah dan  berdiam diri di sofa ruang tamu. Sesaat kemudian umma datang dan duduk di sebelahku.
“Aigo, lelah sekali ternyata membersihkan dapur itu” gumamnya.
“O’, rin-ah kau mau kemana? Rapih sekali?” umma bertanya padaku.
“Aku mau ke sekolah, Yoona bilang kami harus datang untuk membersihkan perpustakaan sekolah” jawabku.
“Oh, begitu”. Sejenak kami berdua terdiam. Aku sibuk mengutak-atik ponselku. Masih berharap kalau namja sok sibuk itu akan mengirimkan ku pesan.
“Oh ya Rin-ah, Joong Ki bagaimana kabarnya?” tanya umma tiba-tiba. Mood ku yang dari awal sudah tidak bagus menjadi semakin berantakan saat mendengar namanya.
“Tidak tahu, dan aku tidak peduli bagaimana kabarnya sekarang” jawabku sinis.
“Benarkah? Tapi sepertinya tidak seperti itu. Kau sedang menunggu pesan darinya kan?” tanya umma.
Aku benci sekali mengakui kalau kata-kata umma yang satu itu benar.
“Dia bahkan tidak mengirimkan kabar sejak 2 hari yang lalu. Sepertinya dia senang sekali membuatku memenuhi pikiranku dengan hanya bayang-bayang dirinya” kata-kata melankolis itu meluncur begitu saja dari bibirku.
“Mungkin saja dia sedang menyiapkan kejutan untukmu Rin-ah” tebak umma.
“Entahlah, aku tidak banyak berharap itu akan benar terjadi” jawabku. Umma sepertinya mengerti keadaanku, ia lebih memilih diam dan tidak bertanya lebih jauh lagi padaku.
“Uwaaa, sudah jam 8. Umma aku harus segera pergi, kalau tidak nyawaku akan dalam bahaya” segera aku bergegas pergi meninggalkan umma yang masih terdiam di ruang tamu.
###
Aku mengarahkan kaki ku dengan malas ke arah perpustakaan. Kenapa di saat libur sekolah seperti ini kami di suruh masuk sih?
Akhirnya aku sampai di depan pintu perpustakaan,  ‘sepertinya belum ada yang datang’ pikirku. Terpaksa aku mengerjakan semua sendirian. Beberapa menit berlalu, aku mengistirahatkan tubuhku sebentar di salah satu kursi. Lumayan melelahkan.

Tiba-tiba..
“Rin-ah!!” seseorang menepuk bahuku keras dari belakang.
Aku menoleh dan “Saengil chukahamnida” seru mereka berbarengan.
‘Wow’ aku terkejut (¬_¬"). Teman-temanku yang tergabung dalam kelompok pustakawan sekolah secara bergantian menyalami ku. Dan sosok itu, sudah kuduga dia yang merencanakan semua ini. “Yoona!!!, tunggu pembalasanku nanti ψ(A´)ψ” teriakku.

###    
 “Aku pulang”.
“Wah, kau sudah pulang Rin-ah” umma tiba-tiba muncul dari dapur.
Aku menghempaskan tubuhku di sofa. “Kenapa baru pulang jam segini?” tanya umma.
“Tadi aku jalan-jalan dulu ke toko buku. Ada satu buku yang ingin kubeli. Tapi sayangnya buku itu sudah tidak dicetak lagi” jawabku.
“Yasudah, kau cepat mandi dulu sana. Lalu lekas makan kue yang tadi umma pesan. Ck, kau kelihatan lelah sekali”
“Ne(iya)” aku segera ke atas menaiki tangga menuju kamarku.

-few minutes later-




“Waaah” aku menatap kagum potongan cake dihadapanku itu. Aku menyendok(?) potongan cake itu dan siap memakannya tapi, tertunda oleh ponselku yang bergetar. Ada 1 pesan lagi dan sekarang pesan itu dari Joong Ki (˛)..Joong Ki ('o')..kyaaa... \(´`)/

From : SJK –busy man-
Annyeong (ˆˆ~), kau sedang apa Rin-ah?

Oh, gee..rileks..rileks..aku mencoba mengatur detak jantungku yang sudah tak beraturan ini.

To : SJK –busy man-
Annyeong, aku sedang makan. Kenapa?
From : SJK –busy man-
Tidak apa-apa, hehe. Oya, apa kau sedang ada di rumah?
To : SJK –busy man-
Iya

Karena pesan balasan darinya lama, aku memutuskan melanjutkan acara makan cake ku yang tadi sempat tertunda. Baru saja satu suapan ponselku bergetar lagi, aku membaca balasan pesan darinya dengan mulut yang masih mengunyah cake “..baguslah kalau begitu. Bisa kau bukakan pintu sekarang? Aku ada di depan rumah-Uhuuk..” aku tersedak demi membaca pesan darinya. Aku segera berlari turun menuju pintu depan, tak ku hiraukan pandangan umma yang menatapku aneh. Aku mengintip dari jendela dan benar saja ia ada di depan rumah sekarang.
“Umma!!! Bagaimana ini?” jeritku histeris \(!!˚˚)/ \(˚˚!!)/
“Kau ini kenapa sih?” tanya umma heran.
“Joong Ki, dia ada di depan rumah sekarang Щ(ºДºщ)”
“hhhh~, kau tinggal bukakan pintu untuknya dan temui dia. Apa susahnya sih? (_”)” lagi-lagi umma menjawab dengan jawaban yang tukang ketoprak juga tahu itu.
“Kalau begitu umma tunggu disini, aku mau ganti baju dulu” kataku. Umma hanya mengangguk mengerti.

-few minutes later-
Aku sudah kembali dengan sweater coklat lengan panjang, beanie warna senada dan jeans selutut. Aku menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan, semoga saja aku tidak tiba-tiba pingsan dihadapannya ().
            “Annyeonghaseyo” sapaku. Namja itu tersenyum padaku. Ia masih menungguku di luar sejak tadi. “Kau tidak mau masuk kedalam?” tanyaku. “Tidak usah, disini saja” jawabnya. “oh” aku menggumam. Ck, kenapa kalau bertemu jadi canggung begini sih. “Rin-ah kau dengar aku?” suara Joong ki membuyarkan lamunanku. ‘aish, kenapa tadi melamun,babo’ omelku dalam hati. Tadi dia minta apa? Kresek? He? Ada-ada saja.
            “Umma,aku minta kresek satu ya”. “Ne, ambil saja” jawab umma. Sedetik kemudian aku kembali dengan sekantung kresek ditanganku. “Ini” kataku sambil memberikan kresek itu padanya. “Kresek? Rin-ah bukankah tadi aku bilang keset ya?”tanya Joong Ki bingung.
‘Eh?’ Σ( °┌┐° !! ). Joong Ki tertawa. “Tadi di jalan motorku tidak sengaja melewati kubangan air dan sepatuku jadi basah. Makanya aku pinjam keset.” Aku masih terdiam, saat itu juga ingin rasanya aku mengubur diriku dalam-dalam agar muka ku yang semerah kepiting rebus ini tertutupi.
            Aku segera kembali kedalam dan membawa keset yang dimaksud Joong Ki. “Ini” kataku. “Gomawo” ucapnya. Kami berdua duduk di teras rumah. Tak ada satupun kata yang terucap. Aku sungguh benci suasana seperti ini. 
“Mm,,Rin-ah bagaimana kalau kita ke taman?” ajaknya.
“Ne, kajja” jawabku.
###
“Hmm” gumamku. Aku segera mengambil tempat duduk di kursi taman persis di dekat kumpulan bunga Iris. Sementara Joong Ki dibelakangku mengikuti. “Wah, aku sudah jarang sekali ke tempat ini” kataku. Joong Ki menepuk kepalaku lembut “Aku janji, lain kali kita akan lebih sering ke tempat ini”. Aku tersenyum mendengarnya. “Aigo, aku sampai lupa” joongki membuka tas ransel yang di bawanya dan mengeluarkan sebuah kotak tipis berwarna biru muda dengan pita ungu diatasnya. “ini, untukmu” ucapnya. “Apa ini?” tanyaku. “Kau buka saja” jawabnya. Aku membuka kotak itu dan “kyaaa..” aku mengambil sebuah buku dari kotak itu. Aku memandang Joong Ki dengan tatapan tak percaya. “Aku bingung mau memberimu hadiah apa. Jadi aku belikan saja buku itu. Kudengar kau sangat ingin membelinya. Maaf, aku hanya bisa memberikan itu ” ungkapnya. “Oh, dan satu lagi”. Ia mengeluarkan sehelai kertas “Tadinya aku ragu untuk memberikannya. Tapi, yasudahlah. Aku sudah terlanjur membuatnya”. Aku menerima kertas dan “Mwo?” aku tertawa geli melihat kertas itu yang ternyata berisi gambar wajahku. “Kau yang membuat ini?” tanyaku. “I-iya” jawabnya, dalam gelap malam aku masih bisa melihat wajahnya yang memerah. “Gomawo, aku suka gambar ini” ucapku. Ia tersenyum lega “Syukurlah, kalau kau suka”.
        Kami berdua tertawa. Lumayan untuk mencairkan suasana. “Sudah sejauh ini tetap saja kalau bertemu selalu gugup” kataku. “Yang gugup itu kau, aku sih biasa-biasa saja” joong ki membela diri. Aku menatapnya tepat di kedua bola mata cokelatnya itu “Benarkah?”. “Eh? Be-benar” ia lalu memalingkan wajahnya lurus kedepan. “haha” aku menepuk bahunya “Baru seperti itu saja kau sudah gugup begitu” ejekku. “Ish, awas kau ya” ancamnya. Aku terus tertawa tanpa menghiraukan ancamannya dan lama kelamaan iya ikut tertawa bersamaku.
“Hhhh..lelah juga tertawa terus” kataku. ‘PUK’ aku menyandarkan kepalaku dibahunya. Ia sedikit terkejut karena ini memang yang pertama kalinya. Tapi lama kelamaan iya terbiasa dan mulai mengusap rambutku lembut. “Apa bersandar dibahuku begitu nyaman?” tanya Joong Ki. “hmm” aku bergumam. “Ck, sepertinya kau sudah mengantuk ya?hhh~ sepertinya aku harus merelakan bajuku basah” ucapnya. Aku memukul lengannya pelan “Kau pikir aku ini anak kecil yang masih ileran apa”. “Sampai kapanpun kau itu tetap anak kecil bagiku” jawabnya. “Ayo,sebaiknya kita pulang. Udara disini semakin dingin. Tidak baik untuk kesehatanmu” ajaknya. Aku mengangkat kepalaku dari bahunya. “Tunggu dulu, kau belum mengucapkan selamat ulang tahun padaku” aku protes padanya. Iya mengacak rambutku pelan. “Baiklah. Saengil Chukahae uri chagi Shin Ah Rin” ucapnya. Aku tersenyum sambil menatap wajahnya, kudekatkan wajahku kearahnya hingga kini hanya tinggal berjarak beberapa senti saja. Ia perlahan memejamkan kedua matanya dan “Joong ki-ya, ada bulu matamu yang jatuh. Aku takut kau kelilipan” kataku sambil menyingkirkan bulu matanya yang jatuh itu. Tak ada jawaban dari Joong ki. “Kau kenapa?” tanyaku. “Tidak, tidak apa-apa” jawabnya. Tunggu, tunggu,tapi kenapa wajahnya memerah? Jangan-jangan.. “Bwahahaha, joong ki-ya jangan bilang kau mengira tadi aku akan menciummu?” tanyaku. Ia tak menjawab tapi wajahnya makin memerah. Aku tertawa semakin keras. “Yaak! Berhenti menertawakanku” pintanya. “Mian, haha, aku tidak bisa berhenti tertawa kalau sudah seperti ini” ucapku mencoba menghentikan tawaku.
Tiba-tiba..
Chu~ Ia mengecup pipiku lembut. ‘Eh?’ Σ( °┌┐° !! )
“Haha, 1 sama” tiba-tiba ia tertawa dan berlari keluar taman. “Awas kau Joong Ki!!! Akan ku-, Kyaaaa..”
‘BRUK’ aku terjatuh karena tersandung batu.
“Aww,appo” aku meringis sambil memegangi lututku. Joong Ki yang melihatnya langsung menghampiriku.
“Rin-ah, gwaenchana?” ia terlihat khawatir.
Aku mengangguk. “yak! Lututmu berdarah” ia semakin khawatir. “Tidak apa-apa Joong Ki-ya. Kau tak perlu cemas. Aku baik-baik saja” kataku. Aku berusaha berdiri tapi aku malah terjatuh lagi. “Lihat, kau tidak sedang baik-baik saja” ia sedikit membentakku. Ia lalu berjongkok membelakangiku. “Eh? Kau mau apa?” tanyaku. “Cepat naik” jawabnya. “Naik kemana?” tanyaku bingung. “Tentu saja naik ke punggungku, yeoja(perempuan) babo” perintahnya. Dengan terpaksa aku menuruti perintahnya.
            “Aigo, kau berat sekali” katanya. “Ish, kalau begitu turunkan aku sekarang” ucapku. Ia tertawa “Begitu saja kau marah”. “Habisnya,kau itu senang sekali sih mengerjaiku” kataku. “hehe..Maaf ya karena aku lututmu jadi luka begini” ia terdengar menyesal. “Sudahlah luka ini bisa hilang kok, asal jangan hatiku yang kau lukai. Kalau itu terjadi entah aku bisa memaafkanmu apa tidak” kataku. “Tidak, aku tidak akan melukaimu lebih dari ini” ucapnya.
            Jalanan yang kulalui dengannya mulai sepi. Yang terdengar hanyalah hembusan angin yang menghempas dedaunan pohon. Aku perlahan menutup mataku. “Rin-ah?” tanya Joong ki. “Ngg?” gumamku. “Kau mengantuk?” tanyanya lagi. “Iya” jawabku. “Kalau begitu tidurlah” katanya. Kesadaranku semakin hilang, namun sayup-sayup suaranya masih bisa kudengar. “Saranghae” bisiknya. “Na do saranghae” gumamku pelan.     


                                                                   THE END




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS