RSS

(JustMystory) Fukano's Families -Rei's Plan-






-Pagi, di Ruang Makan-

            “Kalian semua ayo cepat sarapan dulu” teriak Ibu dari arah ruang makan. “Hai!” jawab kami kompak. Setiap pagi keluarga kami memang selalu menyempatkan untuk sarapan pagi bersama. “Bu hari ini aku akan pulang terlambat. Aku mau ke Café Paman Sergei dulu.” Ucapku. “Ne, tapi jangan terlalu malam pulangnya” ucapnya sambil meletakan sepiring pancake dengan sirup maple di mejaku. Aku segera menghabiskan pancake ku lalu meraih kotak bekal dan kumasukan dalam ransel. “Baiklah, aku pergi dulu. Ayo Chi cepat nanti kita telat” aku segera berpamitan kepada kedua orang tuaku. “Rei, tunggu. Sarapanku belum habis. Yaishh, jangan terburu-buru” ucap Chi sambil mengikat tali sepatunya yang belum rapih. “Semuanya, aku pamit dulu. Rei, tunggu aku!!!!” ucap Chi. Ibuku hanya menggelengkan kepalanya “Huh, mereka itu. Aku jadi bingung siapa yang jadi kakak dan siapa yang jadi adiknya.”. Semuanya hanya tertawa. “Ayah, Ibu, Kami juga pamit” Atsuko, Miyuu dan Yoshi segera bersiap-siap pergi. “Ne, kalian bertiga hati-hati ya” jawab kedua orang tua kami.

-End of Rei POV-

*

-Kyoko POV-

            “Huft..” aku menghela napas. “Kau kenapa?” tanya Kuuga. “Tidak apa-apa” jawab ku. “Mereka berlima sudah pergi” ucapnya sambil tersenyum. Aku ikut tersenyum. “Kau pasti lelah sekali harus mengurus mereka berlima saat aku sedang pergi” ucapnya. “Huh, memang. Kelima anakmu itu selalu membuat kacau rumah ini” jawabku. Dia tersenyum lagi. “Tidak terasa sekarang mereka sudah dewasa. Aku banyak sekali melewatkan waktu untuk melihat mereka tumbuh. Terima kasih atas kesabaranmu selama ini” ucapnya. Aku memandang wajahnya, sinar matanya yang selalu cerah sedikit redup. “Ini sudah tugasku untuk menjaga buah hati kita saat kau sedang tidak ada” ucapku. Ia mengangguk lalu meraihku dalam pelukannya. “Sepertinya kita harus pergi jalan-jalan” ucapnya. “He? Tapi anak-anak kan belum liburan. Mereka pasti tidak ada waktu” ucapku bingung. “Hmm, siapa bilang kita akan mengajak anak-anak. Ini hanya perjalanan khusus untuk kita berdua” ucapnya. “Kau ini. Memangnya kau mau kita pergi kemana?” tanyaku. Matanya sedikit menerawang. “Hanami di Tokyo” ucapnya kembali tersenyum. “Kau selalu mengingatnya” ucapku. Dia tidak menjawab malah membawaku semakin erat dalam pelukannya. Kurasa tak ada salahnya kita pergi liburan berdua.

-End Kyoko POV-

*

-Rei POV-

Aku terus memperhatikan deretan tanggal di kalender Handphone ku. “Huft..” aku menghelan napas. Tinggal 2 hari lagi. Waaaa, apa yang bisa kulakukan dalam waktu sesingkat itu. Aku frustasi. Tiba-tiba “Rei!” Chi menepuk bahuku. Aku menoleh padanya. “Kau mau tetap dalam bis ini atau ikut ke sekolah denganku?” tanyanya. Aku nyengir lalu ikut turun bersamanya. Ckckck.. dari tadi aku melamun sih jadi nggak ngeh kalau sudah sampai. “Hei!” Chi menyikut lenganku. “Ih, apaan sih Chi, pake siku-sikutan segala” ucapku menghindar. “Siapa suruh ngelamun” ucapnya. “Suka-suka lah” jawabku. “Hmm, pasti ada apa-apa nih” selidik Chi. ”Huu, sok tau kamu -,-“ ucapku. Chi terdiam sejenak lalu tiba-tiba menjentikan jarinya. “Gotcha!” ucapnya mengerlingkan mata padaku. “Ah sudah-sudah aku duluan ya” ucapku menjauh darinya. Aku tidak mau ambil resiko diejek terus olehnya karena hal ini.

‘Kringg..Kringg..Kringg..’

Bel pulang sekolah berbunyi aku segera membereskan bukuku dan bergegas pergi ke Café paman Sergei. Jarak dari sekolah ke Café tidak terlalu jauh jadi aku cukup berjalan kaki ke sana. Beberapa menit kemudian aku tiba di sana. Café itu tidak terlalu mewah bahkan terkesan sederhana. Dominasi warna coklat muda dan hijau tosca membuat Café itu terlihat nyaman. Itulah alasanku suka sekali menghabiskan waktu di Café itu. “Privyet” sapaku saat memasuki Café itu. “Rei” panggil seorang pria Rusia padaku, dialah paman Sergei. Aku tak menyangka kalau ia juga sedang ada di sini. “Paman, lama tidak bertemu” ucapku. “Kau kemana saja Rei? Stepanych selalu menanyakan penggemar Éclairnya ini” ucapnya. “Seminggu kemarin aku ada ujian paman. Jadi tak sempat berkunjung kesini” jawabku. “Ah ya, Chef Stephan ada kan?” tanyaku. “Ada di pantry sedang bereksperimen dengan resep Éclair barunya” jawab paman Sergei. “Wow, baiklah aku ke sana dulu paman” ucapku.
                Aku berjalan ke pantry. Aroma vanilla dan sensasi manis coklat langsung terasa saat aku memasukinya. “Privyet” ucapku. Tampak seorang pria Rusia dengan dandanan ala Chefnya tersenyum kearah ku. “Wah, sepertinya akan ada menu Éclair baru yang harus kucoba” ucapku. “Haha, iya dan kujamin rasanya pasti tidak akan kalah enak dengan resepku yang lain” ucapnya. Hmm, entah kenapa setiap aku masuk kesini rasanya nyaman sekali. Aku mengambil satu kursi lalu duduk. Asik sekali memperhatikan Chef Stephan saat membuat isi dan toping untuk kulit roti Éclairnya. “Kau kenapa?” tiba-tiba ia bertanya. “Kenapa apanya?” ucapku tak mengerti. “Huh, kau ini. Memangnya aku tidak tahu kalau kau kesini itu artinya kau sedang ada masalah.” Jelasnya. “Ya bisa dibilang begitu” ucapku. “Ada masalah apa lagi?” tanyanya. “Ini tentang Ryu” jawabku. “Kalian kenapa? Setahuku kalian kan tidak pernah ada masalah” ucap Stephan. “Dua hari lagi dia ulang tahun” ucapku. “Kau akan memberinya apa?” tanyanya. “Entahlah, aku bingung” jawabku singkat. “Hmm, kenapa tidak kau berikan saja hadiah kesukaannya” ucap Stephan. “Huah..andai saja aku tahu apa kesukaannya” ucapku lirih. “Jadi, kau tidak tahu apa kesukaannya?” tanya Stephan memastikan. Aku mengangguk pasrah. “Huft, aku payah sekali” ucapku. “Kau tidak boleh bicara seperti itu Rei” ucapnya. Aku terdiam sambil memasukan whipped cream ke dalam kulit roti Éclair. “Apa yang kau suka darinya?” tanya Stephan tiba-tiba. Sejenak aku diam, berpikir. “Aku juga tidak tahu. Kalau aku jawab dia tampan, kau bahkan lebih tampan sayang saja kau tua (¬_¬). Kalau aku jawab dia pintar, Kak Yoshi juga lebih pintar. Tapi, ada sesuatu yang beda dari dirinya. Dia sederhana tidak pernah aneh-aneh dan yang paling penting dia selalu membuatku merasa nyaman dan selalu bisa diandalkan”  jelasku. Ia hanya mengangguk-anggukan kepalanya. “Hei, kenapa tidak kau beri saja dia jam tangan?” tanya Stephan. Aku berpikir sejenak, betul juga. “Ide bagus, Spasibo Chef +,+” ucapku semangat. Ia tertawa melihat reaksiku. “Baiklah kalau begitu, aku pulang dulu. Terima kasih atas bantuannya” ucapku sambil melangkah keluar dari Café.
-di Rumah-
“Aku pulang”. Wah, sepertinya mereka semua sedang berkumpul di ruang tamu.
“Rei, kau sudah pulang?” tanya Yoshi
“-__- IYA” jawabku. Dasar bodoh. Kalau aku belum pulang lalu yang ada di depanmu ini siapa.
Aku segera ke kamar, lalu mandi dan berganti pakaian.
“Rei, makan malam dulu” perintah ibuku.
“Aku tidak lapar Bu” ucapku lalu pergi ke kamar.
Tok..tok..tok..
“Masuk” kataku.
“Rei?” panggil Atsuko. “Iya ada apa kak?” ucapku agak sedikit malas.
“Kau kenapa? Sepertinya sedang tidak bersemangat” tanya Atsuko. Akhirnya aku menceritakan segala kegalauan ku padanya. Memang dari semua saudaraku Atsuko lah yang paling dekat denganku. “Oh begitu, lalu kau sudah tau apa yang akan kau berikan nanti?” tanyanya. Aku mengangguk. “Apa?” tanyanya lagi. “Jam tangan” jawabku singkat. “-___-“ => ekspresi Atsuko.
“Hei, kenapa wajahmu seperti itu?” tanyaku. “Ah, tidak. Hanya saja hal itu mengingatkanku pada peristiwa buruk” jawabnya. Hmm, peristiwa buruk? Seingatku tidak pernah ada kejadian buruk yang terjadi padanya kecuali, JAM TANGAN PINK O.O? .        

TBC .....



Assalamualaikum,
Akhirnya sampai juga saya pada chap.1 Fukano's Families ini. Gimana-gimana, aneh kah? maap cerita.a masih sedikit nih untuk chap ini. Saya masih bingung nentuin alur cerita.a *author amatir sih XD* next chap insya allah lebih baik. Oya sebagian nama di situ aku ambil dari novel Eclair nya Prisca Primasari. Jatuh cinta banget dah saya sama chef Stepanych >.< lol. Okelah nggk usah banyak cingcong.
happy reading :) 
Wassalam.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 komentar:

Rizka Fitriana mengatakan...

kacaaaaaaaaaaaau wkwkwk

Posting Komentar